Kamis, 15 Mei 2025

Murianews, Jakarta – Aplikasi Temu mulai menarik perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir. Platform e-commerce yang diklaim sebagai saingan TikTok Shop ini bahkan sudah menjadi sorotan serius dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki.

Teten mengungkapkan kewaspadaannya terhadap keberadaan Temu. Aplikasi e-commerce ini muncul tak lama setelah larangan TikTok Shop. Aplikasi tersebut telah merambah ke beberapa negara di Asia.

Melansir dari CNNIndonesia.com, Temu adalah aplikasi yang didukung oleh perusahaan China, PDD Holdings. Namun, kantor pusatnya berlokasi di Boston, Amerika Serikat.

Seperti platform e-commerce lainnya, Temu memungkinkan pengguna untuk menjelajahi dan membeli beragam produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori.

Aplikasi ini bertindak sebagai pasar di mana pelanggan dapat mencari dan membeli produk dari berbagai vendor. Temu dapat diunduh dan digunakan secara gratis, tersedia untuk perangkat Android dan iOS.

Diluncurkan pada tahun 2022, Temu dengan cepat menjadi salah satu aplikasi belanja paling populer di Amerika Serikat. Antarmukanya yang mudah digunakan, berbagai macam produk, dan harga yang kompetitif, serta berbagai opsi pembayaran, menjadi daya tariknya.

Namun, aplikasi ini juga mulai dikenal karena sejumlah masalah, seperti paket yang tidak terkirim, biaya misterius, pesanan yang salah, dan layanan pelanggan yang tidak responsif.

Menkop UKM Teten Masduki telah mewarning pemerintah akan masuknya Temu ke Indonesia.

”Saya sudah bilang ke Bapak Presiden, ini jangan sampai masuk ke Indonesia. Kalau masuk, UMKM kita tidak bisa bersaing,” ujar Teten dikutip dari Antara.

Menurut Teten, masuknya aplikasi tersebut akan menghilangkan banyak rantai distribusi yang pada akhirnya akan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan di Indonesia. Dia menegaskan perlunya melindungi sektor UMKM agar tidak tersingkir oleh produk-produk dari luar.

Teten mengatakan, aplikasi Temu yang berasal dari China, telah masuk ke 58 negara. Aplikasi ini terhubung dengan 80 pabrik di China dan memungkinkan produk-produknya langsung diterima oleh konsumen di seluruh dunia.

Keberadaan Temu dianggap lebih berbahaya daripada TikTok Shop karena tidak melibatkan reseller dan afiliator.

Menurutnya, hal ini dapat kembali mengancam pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia yang hanya mampu berproduksi dalam skala kecil. Sementara pabrikan di China memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk secara massal.

”Kalau dibandingkan dengan TikTok, Temu lebih berisiko karena tidak melibatkan reseller dan afiliator. Hal ini dapat mengancam lapangan kerja, mengurangi pendapatan UMKM, dan memengaruhi distribusi produk,” papar Teten.

Komentar

Tekno Terkini

Terpopuler